A. Konsep dan Konstruk
Konsep adalah abstraksi yang dibuat dengan mengeneralisasikan hal-hal yang khusus. Contoh konsep adalah prestasi. Prestasi adalah abstraksi yang terbentuk dari observasi tentang perilaku-perilaku tertentu pada seseorang. Perilaku itu terkait dengan penguasaan dan pengetahuan seseorang dalam mengerjakan soal hitung, mengeja kata-kata, membuat gambar, dan sebagainya. Berbagai perilaku yang teramati kemudian digolongkan menjadi satu dan diungkapkan dengan satu istilah atau nama “prestasi”. Kampus adalah konsep yang mewadahi atau menunjuk pada misalnya gedung, dosen, mahasiswa, ruang kuliah, matakuliah dan seterusnya.
Konsep dengan demikian merupakan symbol atau istilah yang menunjuk pada suatu pengertian tertentu. Konsep bersifat abstrak tetapi menunjuk pada sesuatu yang konkrit. Abstraksi suatu konsep itu bertingkat-tingkat, ada yang abstraksinya sangat tinggi, dan ada yang rendah. Misal, “minat” adalah suatu konsep yang sukar dicarikan hal-hal konkrit sebagai penunjuknya, tetapi “kursi” merupakan konsep yang sangat mudah dihubungkan dengan hal-hal yang konkrit, karena kita mudah mengamati ada kursi model sofa, kursi goyang, kursi putar, kursi malas, dan berbagai bentuk dan jenis kursi lainnya. Konsep yang tingkat abstraksinya tinggi inilah yang dinamakan konstruk atau konsep nominal.[1]
Memperhatikan definisi tentang konsep seperti dikemukakan di atas, nampak bahwa konsep itu terbentuk melalui proses induktif, yaitu bertitik tolak pada gejala-gejala pengamatan. Proses memberikan konsep pada gejala-gejala yang diamati itulah yang disebut dengan “konseptualisasi”.
B. Variabel, Indikator Empiris dan Definisi Operasional
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa konseptualisasi adalah proses memberi konsep pada gejala-gejala yang diamati. Konsep bersifat abstrak tetapi menunjuk pada objek-objek tertentu yang konkrit. Obyek yang konkrit itu bersifat individual, yang berbeda satu dengan yang lain. Taruhlah misalnya kita mengamati orang-orang yang kita jumpai, maka tidak ada dua orang yang sama persis di antara mereka. Setiap orang berbeda dengan yang lain. Mereka dapat dibedakan dengan nama masing-masing. Ada yang bernama Ananta, Fikri, Yazdi, Mehdi, dan sebagainya. Tetapi baik Ananta, Fikri, Yazdi maupun Mehdi semuanya adalah manusia. Jadi, manusia adalah konsep, dan konsep itu tidak hanya menunjuk pada Ananta, Fikri, Yazdi dan Mehdi, tetapi juga pada orang lain yang mempunyai kemiripan dengan mereka.
Sifat dari obyek-obyek yang berbeda-beda itu adalah :
1. Mempunyai ciri umum yang sama yang membuat mereka mirip satu sama lain sehingga semuanya dapat ditampung dalam satu definisi
2. Setiap obyek berbeda masing-masing mempunyai ciri tersendiri yang membedakannya dengan obyek lain. Perbedaan itulah yang membuat obyek-obyek itu bervariasi, karena itu disebut variabel.
3. Perbedaan-perbedaan pada tiap obyek terletak pada ukuran masing-masing, baik ukuran yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Karena ukuran yang berbeda-beda itulah maka konsep itu disebut variabel
Secara singkat dapat didefinisikan bahwa variabel merupakan konsep yang mempunyai variasi nilai. Misal, kerajinan belajar mahasiswa dapat dilihat pada banyaknya waktu yang dipakai mahasiswa setiap minggunya untuk mempelajari matakuliahnya. Apabila tolok ukur ini diterapkan pada setiap mahasiswa akan tampak variasi dalam penggunaan waktu setiap mahasiswa. Anto mempergunakan 20 jam, Lulu mempergunakan 15 jam, Fira memanfaatkan 25 jam dan seterusnya. Oleh sebab itu, kerajinan belajar adalah variabel. Contoh lain dari variabel adalah pekerjaan penduduk di sebuah desa. Ada petani, peternak, buruh bangunan, pedagang, dan sebagainya. Karena ada berbagai macam pekerjaan, maka pekerjaan penduduk merupakan variabel.
Suatu konsep disebut variabel manakala menampakkan variasi pada obyek-obyek yang ditunjukkannya.
Di antara konsep yang abstrak dan obyek-obyek individual yang konkrit terdapat suatu penghubung yang menunjukkan obyek mana yang dapat dimasukkan ke dalam konsep yang bersangkutan. Konsep “mahasiswa”, misalnya. Siapa saja yang dapat digolongkan ke dalam konsep ini? Apakah A yang belajar di MAN termasuk dalam konsep ini, atau B yang bekerja di sebuah kantor atau C yang mengajar di sebuah SD? Kita membutuhkan suatu petunjuk untuk melakukan tugas tersebut. Misalkan, orang yang telah terdaftar untuk mengikuti perkuliahan di suatu Perguruan Tinggi dapat diketahui dari kartu mahasiswanya yang masih berlaku. Dengan kartu mahasiswa itu dapat diketahui siapa saja yang dimaksud dengan mahasiswa. Dalam konteks ini kartu mahasiswa itu disebut indicator empiris (variabel) terhadap konsep mahasiswa.
Indikator empiris atau variabel sifatnya harus dapat diamati. Suatu indicator empiris belum tentu dapat menunjukkan seluruh makna yang terkandung dalam konsep tertentu. Contoh, indicator sepeda adalah “kendaraan roda dua”. Bukankah ada juga sepeda roda tiga, dan ada juga kendaraan roda dua yang bukan sepeda? Jadi, indicator tersebut belum seluruhnya menangkap konsep “sepeda”. Oleh sebab itu, sebuah konsep dapat memiliki lebih dari satu indicator empiris. Dengan indicator empiris itu, kemudian dapat dibuat rumusan variabel secara operasional.
Definisi operasional adalah memberikan arti pada suatu konsep atau variabel dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur konsep atau variabel itu.[2] Definisi operasional dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat befungsi sebagai petunjuk untuk menemukan data yang tepat dalam dunia empiris. Misalkan kita melihat empat buah bilangan, yaitu 2, 4, 6, dan 8. Memang ke empat bilangan itu adalah bilangan genap tetapi tidak semua bilangan genap tersebut termasuk dalam pengamatan kita. Definisi yang tepat untuk pengamatan 2, 4, 6 dan 8 adalah “bilangan kelipatan dua di bawah 10”. Dengan definsi itu maka tidak ada yang lain kecuali 2, 4, 6 dan 8.
Definisi operasional suatu variabel tidak boleh dirumuskan dalam bentuk sinonim. Kalau definisi variabel kerajinan belajar dirumuskan sebagai “kerajinan belajar adalah ketekunan mahasiswa untuk mempelajari bahan kuliah”, maka di sini terdapat dua istilah sinonim yaitu kerajinan dan ketekunan. Seharusnya istilah ketekunan berfungsi sebagai penjelas bagi kerajinan, karena itu ia bukan konsep tetapi indicator. Istilah kerajinan harus diterangkan dengan indicator. Ciri dari indicator adalah teramati dan terukur. Dengan menggunakan indicator tersebut kita merumuskan variabel kerajinan belajar sebagai berikut: “kerajinan belajar mahasiswa adalah banyaknya waktu yang diukur dalam jam per mingggu yang dipergunakan oleh mahasiswa untuk membaca bahan-bahan yang relevan dengan program studinya”. Di sini kegiatan membaca adalah indicator, dan jumlah jam adalah pengukuran.
Tampak jelas bahwa definisi operasional variabel atau konsep berbeda dengan definisi yang ditemukan dalam buku teks atau dalam kamus. Definisi dalam textsbook atau kamus disebut dengan definisi nominal atau konstitutif.
C. Jenis-jenis Variabel
Apabila dilihat dari fungsinya, maka variabel penelitian ada dua macam yaitu variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (terikat). Suatu variabel disebut dependen atau variabel terikat jika nilai atau harganya ditentukan oleh satu atau beberapa variabel lain. Dalam hubungan ini variabel lain itu disebut variabel independen atau variabel bebas. Sebagai contoh, hubungan antara permintaan dan harga dalam hukum permintaan berbunyi: jika harga suatu barang naik (turun), maka permintaan terhadap barang itu akan turun (naik). Permintaan adalah variabel dependen, dan harga merupakan variabel independen. Kekerasan televisi menimbulkan perilaku agresif pada penontonnya, maka Kekerasan televisi merupakan variabel independen, sedangkan perilaku agresi adalah variabel dependen. Jika kita mengkaji relasi antara kecerdasan atau inteligensi dengan prestasi sekolah, maka kecerdasan merupakan variabel bebas dan prestasi variabel terikatnya. Umumnya relasi antar variabel bebas dan terikat menggunakan penjelasan sebab-akibat, atau korelasional.
Jika dilihat dari skala nilai, maka ada variabel kontinu dan variabel kategoris. Jika suatu variabel hanya bisa diukur dengan bilangan deskrit atau kategoris maka disebut dengan variabel kategoris.sedangkan jika dapat diukur dengan bilangan kontinu, namanya adalah variabel kontinu. Jumlah orang adalah variabel kategoris karena hanya dapat diukur dengan bilangan bulat seperti 1, 2, 3 dan sebagainya. Agama, pekerjaan, jenis kelamin, adalah contoh lain dari variabel kategoris. Variabel berat, panjang, umur termasuk variabel jenis kontinu karena dapat diukur dengan bilangan real seperti 1,12; 2,045 dan sebagainya
Sementara jika dilihat dari perlakuan terhadap variabel, maka dijumpai adanya variabel aktif dan variabel atribut. Variabel aktif adalah variabel yang dapat dimanipulasi, sedangkan variabel atribut merupakan variabel yang tidak dapat dimanipulasi. Pembagian variabel ke dalam dua jenis ini (aktif dan atribut) akan menjadi jelas jika dihubungkan dengan jenis penelitian eksperimen. Dalam penelitian eksperimen ada variabel yang dimanipulasikan, artinya peneliti dapat melakukan berbagai hal terhadap berbagai kelompok subyek (kelompok eksperimen).
Variabel atribut atau pasif adalah variabel yang sulit dilakukan manipulasi. Umumnya yang termasuk jenis variabel ini adalah intelegensi, bakat, jenis kelamin, status sosial-ekonomi, agama, keturunan. Jadi hal-hal yang umunya menjadi ciri manusia merupakan variabel atribut.
[1] Fred N. Kerlinger, Asas-Asas Penelitian Behavioral, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press: 2002), hlm. 48
[2] Fred N. Kerlinger, Asas-Asas Penelitian Behavioral, hlm. 51
[3] Stephen Yelon, dkk., A Teachers World Psychology in Classroom, (Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha, 1977), hlm. 294