Minggu, 04 Oktober 2009

materi MP Kualitatif 5A, 5B

pertemuan 3-4
LANGKAH DAN MASALAH PENELITIAN

A. Langkah Penelitian Kualitatif
Untuk memperoleh pemahaman tentang langkah-langkah penelitian kualitatif dapat dimulai dengan melihat model cetak biru (blue print) penelitian ini. Cetak biru tersebut adalah
1. nurani akademik peneliti dikacaukan oleh suatu problem yakni interaksi atau kontradiksi antara dua atau lebih faktor yang dapat membinggungkan peneliti.
2. dari problem tadi muncullah sejumlah pertanyaan yang ingin dijawabnya
3. pertanyaan itu diharapkan ada jawabnya dan inilah tujuan yang ingin dicapainya
4. setiap tujuan penelitian itu pasti ada dalam kerangka konseptual teoritis sebagaimana ramai diwacanakan saat ini. 
5. untuk mencapai tujuan itu harus ada alat atau metode perolehannya
6. peneliti harus hati-hati terhadap adanya ancaman internal maupun ancaman eksternal yang menggerogoti validitas semua langkah penelitian.

Blue print tersebut jika digambarkan adalah sebagai berikut












Apabila dikaitkan dengan model penarikan kesimpulan dan peran teori dalam penelitian kualitatif, maka diagramnya dapat divisualisaikan sebagai berikut:























Dari blue print tersebut kemudian dapat dirinci unsur-unsur dan tertib urutan penelitian kualitatif sebagai berikut:
1. menentukan fokus penelitian
2. menentukan kesesuaian paradigma dengan fokus penelitian
3. menentukan kesesuaian paradigma dengan teori subtantif. Untuk melakukan poin 2 dan 3 ini peneliti harus mengkaji asumsi dasar dari paradigma naturalistic dengan merujuk teori subtantif yang diyakini peneliti. Ada lima aksioma paradigma ini, yaitu (a) hakikat realitas sebagai realitas jamak yang ada dalam pemikiran manusia, (b) hubungan antara yang mengetahui (the knower) dan yang diketahui (the known) sebagai hubungan interaktif bukannya dualisme subyek-obyek, (c) hasil penelitian bukan mencari generalisasi, tetapi mencari pemahaman melalui hipotesis kerja atau deskripsi kental (thick description), (d) dinamika kejadia: tidak tertarik pada hubungan kausalitas tetapi lebih tertarik memahami apa yang terjadi secara alami di lapangan, dan (e) peran nilai dalam penelitian: penelitian itu tidak terpisah dari nilai-nilai yang dianut peneliti. Penelitian tidak bebas nilai.
4. menentukan dimana dan dari siapa data akan diperoleh
5. menentukan fase-fase penelitian
6. menggunakan instrumen manusia
7. mengumpulkan dan merekam data
8. melakukan analisis data
9. membangun keterpercayaan

Secara singkat tertib urut tersebut dapat tercermin dari langkah-langkah penelitian sebagai berikut:
1. Pernjajagan, penentuan masalah dan perumusan masalah
2. Penyusunan desain
3. Penyusunan instrumen
4. Pengumpulan data
5. Pengolahan dan analisis data
6. Pelaporan

B. Masalah Penelitian

Beberapa literatur dalam metodologi penelitian menyatakan bahwa penelitian dilaksanakan dalam rangka memperoleh pemecahan terhadap suatu masalah. Hillway , misalnya menyatakan bahwa penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan oleh individu, kelompok atau badan melalui penyelidikan yang cermat tentang suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang tepat atas masalah tersebut. Ardhana juga mengatakan bahwa penelitian itu merupakan proses untuk mencapai pemecahan masalah yang dapat diandalkan melalui pengumpulan, analisis dan intrepretasi data yang terencana dan sistematis. Emory dalam bukunya Business Research Methods (1997) sebagai dikutip oleh Sugiyono, berpendapat bahwa penelitian dilakukan berawal dan berakhir dengan masalah. Demikian urgen dan signifikannya “masalah” dalam penelitian, beberapa penulis buku penelitian meletakkan masalah sebagai pangkal tolak aktivitas penelitian. 
Secara ekstrim dapat dikatakan bahwa penelitian itu ada karena kita ingin memperoleh pemecahan suatu masalah. Isaac dan Michael bahkan berani mengatakan “formulasi masalah penelitian dengan baik merupakan setengah dari tahap pemecahan masalah dan penelitian itu sendiri”. Pengakuan para ahli penelitian seperti di atas sangat mudah dipahami mengingat apapun pendekatan penelitian yang digunakan (kuantitatif atau kualitatif), masalah merupakan komponen utama yang harus dipahami bagi seorang peneliti. 
Permasalahan yang sering kita dengar adalah adanya keluhan “kehabisan” masalah bagi peneliti pemula (baca: mahasiswa). Keluhan ini sebenarnya menyiratkan kontradiksi dengan hakikat dirinya sebagai manusia. Manusia adalah makhluk yang sanantiasa bermasalah. Jadi yang sulit adalah mengidentifikasi masalah dan mendudukkannya dalam proposal penelitian.

1. Kriteria Masalah Penelitian

Kapabilitas dan kredibilitas seorang peneliti bukan hanya ditentukan oleh frekuensi atau jam terbang melakukan penelitian, melainkan juga oleh kemampuan menemukan dan memilih masalah penelitian yang layak teliti. Masalah penelitian adalah suatu keadaan yang bersumber dari interaksi antara dua factor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan. Karena membingungkan maka memerlukan solusi. Masalah pada dasarnya adalah merupakan suatu keadaan yang memerlukan solusi. 
Keadaan tersebut muncul karena adanya kesenjangan (gap/kontradiktif) antara apa yang ada dan apa yang seharusnya, antara kenyataan yang ada dan apa yang diharapkan, antara tuntutan dengan apa yang tersedia, antara teori dan kenyataan. Masalah akan muncul apabila kita mampu menangkap kontradiktif pada interaksi antara satu atau dua komponen, yaitu konsep, pengalaman dan data empirik.







  


Kontradiktif yang terjadi pada konsep disebut dengan conceptual problems, sedangkan kontradiktif pada data empirik disebut dengan action problems, dan kontradiktif pada pengalaman dinamakan value problems. 

Apabila dilihat dari apa yang diharapkan, maka masalah dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yaitu (1) masalah filosofis, (2) masalah kebijakan, dan (3) masalah ilmiah. Suatu masalah dikatakan masalah filosofis jika gejala-gejala empirisnya tidak sesuai dengan pandangan hidup yang ada dalam masyarakat. Gejala hubungan seks sebelum nikah di kalangan remaja termasuk dalam kategori ini, karena nilai-nilai yang berlaku di kalangan remaja itu tidak sesuai dengan norma-norma etis dan norma-norma keagamaan yang dianut oleh masyarakat.

Masalah yang tergolong dalam masalah kebijakan adalah perilaku-perilaku atau kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembuat kebijakan. Kualitas pendidikan yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan, bantuan untuk orang miskin yang tidak mencapai sasaran, merupakan dua contoh masalah dalam kategori ini.

Masalah yang tergolong dalam kategori masalah ilmiah adalah kenyataan-kenyataan yang tidak sesuai dengan teori ilmu pengetahuan. Dalam psikologi terdapat “teori hukuman” yang menjelaskan bahwa hukuman yang diberikan kepada anak akan mengubah perilakunya ke arah yang positif. Tetapi dalam kenyataannya, anak-anak yang diberi hukuman itu perilakunya justru semakin mengarah pada hal-hal yang negatif, bahkan hukuman itu menanamkan dendam kepada orangtuanya.

2. Menemukan Masalah penelitian

Kesulitan menemukan masalah bukan disebabkan oleh ketiadaan masalah itu sendiri, sebab masalah dalam penelitian bersifat tak terbatas. Peneliti yang sedang mencari masalah dapat dianalogikan seorang yang berbelanja di supermarket besar, bukan barangnya yang tidak ada, sulit dicari atau tidak ada barang yang menarik, melainkan bagaimana memilih barang yang dpat menjawab persoalan kebutuhannya yang paling dasar (primer) berdasarkan kemampuan finansial, pengetahuan terhadap barang itu sendiri, keterbatasan waktu, dan sebagainya. Semua barang yang ada di supermarket merupakan barang yang menarik bagi subyek tertentu yang membutuhkannya berdasarkan konteks yang dihadapi. Ada orang cukup banyak uang tetapi tidak mampu memperoleh barang yang berkualitas karena keterbatasan pengetahuan terhadap barang itu sendiri. Sebaliknya ada yang memiliki pengetahuan cukup tentang barang yang berkualitas tetapi keuangan tidak memadai.

Kemampuan menemukan masalah ditentukan antara lain oleh kepekaan (sensitivitas) dan kesediaan mengambil jarak dengan realitas sehari-hari (seperti rutinitas, kebenaran, fenomena alam dan kejadian di sekitar kita). Penemuan gaya grafitasi bumi, adalah berkat kemampuan Newton mengambil jarak terhadap fenomena alam (yaitu buah apel yang jatuh dari pohonnya) yang mungkin menurut orang lain bahwa buah jatuh dari atas ke bawah merupakan hal biasa. Clifford Geertz mampu menemukan tipologi masyarakat Jawa dalam varian abangan, santri dan priyayi adalah berkat kejelian dan kepekaannya dalam melihat realitas masyarakat Jawa.

Masalah sosial sering menampakkan diri pada conflict issues yang dapat ditangkap dari peristiwa yang ada dalam masyarakat. Isu-isu seperti itu dapat ditangkap melalui pengamatan lansung, atau dari surat kabar, atau media massa lainnya, atau dari pokok-pokok pembicaraan yang berkembang dalam masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan membantu kita mengetahui pokok permasalahan dari isu tersebut. Seperangkat gejala umum perlu dipelajari untuk bisa menemukan isu seperti “demokrasi”, kualitas sumber daya manusia”, “pengangguran”, “kualitas beragama masyarakat”, “kualitas pendidikan”, “relevansi dakwah”, dan sebagainya.

Bertitik tolak dari isu tersebut kita berusaha merumuskan masalah yang menjadi fokus penelitian kita. Dari isu yang pragmatis tersebut dapat pula ditarik sejumlah masalah, tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Di sinilah pentingnya teori sebagai acuan dalam melihat masalah. Gambar berikut memperlihatkan bagaimana menemukan masalah dari isu yang ada dengan mempertemukan gejala-gejala factual (empiris) dengan teori.

















Beberapa cara melatih kepekaan dalam melihat fenomena sosial di seputar kita sehingga akan memudahkan penemuan masalah penelitian adalah :
1. membaca sebanyak-banyak buku yang relevan dengan bidang yang kita tekuni dan bersikap kritis terhadap apa yang kita baca
2. menghadiri kuliah atau ceramah diskusi dan seminar atau forum ilmiah lainnya
3. mengadakan pengamatan dari dekat situasi atau peristiwa di sekitar kita
4. mengembangkan pemikiran kemungkinan penelitian dengan topik yang didapat waktu kuliah
5. menghadiri seminar hasil penelitian 
6. berkunjung ke perpustakaan untuk memperoleh topik penelitian
7. berlangganan jurnal atau majalah yang sesuai dengan bidang atau disiplin keilmuan kita
8. mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan dengan bidang kita
9. dan sebagainya 

3. Kriteria Masalah Penelitian

Penemuan masalah penelitian bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Ada sejumlah kriteria yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penemuan masalah penelitian, antara lain (1) merupakan bidang masalah dan topik yang menarik, (2) mempunyai signifikansi secara teoritis atau praktis, (3) dapat diuji melalui pengumpulan dan analisis data, (4) sesuai dengan waktu dan biaya yang tersedia. 

Empat kriteria tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis masalah yang telah kita pilih. Adapun langkah-langkah analisis terhadap masalah yang sudah kita pilih itu adalah sebagai berikut.

Pertama, analisis subtansi masalah itu sendiri. Masalah yang dipilih memiliki relevansi akademik dalam arti termasuk bidang kaji keilmuan apa, misalnya sosiologi, psikologi, komunikasi, manajemen, teologi dan lain sebagainya. Dengan mengetahui dan memahami kedudukan masalah dalam konteks keilmuan yang ada, peneliti dapat menelisik dan mendalami permasalahan itu dan mendudukkan dalam pokok bahasan bidang ilmu dimaksud. Dengan cara ini, seorang peneliti akan memiliki pangkal tolak dan perspektif keilmuan yang ada.

Kedua, analisis teori dan metode. Masalah yang dipilih sebainya dapat dicari rujukan kepustakaan, perspektif teoritis, dan metodenya. Dengan pertimbangan ini dapat ditelusuri kajian pustaka baik berupa buku, jurnal atau hasil riset terdahulu, dan peneliti akan semakin tajam dan terfokus dalam penelitiannya. Perspektif teoritis berguna bagi peneliti agar memiliki starting point dan point of view yang jelas sehingga ia akan semakin peka dan kritis dalam menvermati setiap fenomena.

Ketiga, analisis institusional. Jenis, bobot dan tujuan penelitian hendaknya disesuaikan dengan institusi di mana peneliti mempersembahkan penelitiannya. Penelitian untuk persyaratan memperoleh gelar akademik (skripsi, tesis, dan desertasi) tentu berbeda dengan penelitian pesanan (action research, evaluation research).

Keempat, analisis metodologis. Masalah yang diangkat hendaknya terjangkau baik dari segi metode pengumpulan data atau datanya itu sendiri. Penelitian yang melibatkan para elit (presiden, gubernur, ketua partai dan kalangan birokrat lainnya) umumnya lebih sulit dilakukan –secaraprosedural—daripada meneliti masyarakat awam. Juga harus dipertimbangkan factor ketersediaan data, apakah cukup datanya dan mudah didapat. 

Kelima, masalah yang dipilih hendaklah actual, berarti dan bermakna. Peneliti mestinya menghindari masalah yang sudah banyak diteliti. Peneliti juga harus mempertimbangkan nilai manfaat praktis atau konkrit jika masalah tersebut diteliti. Nilai manfaat tersebut sedapat mungkin dirasakan oleh peneliti, institusi, masyarakat maupun pengembangan ilmu.

Secara sederhana (untuk mudah mengingat) bahwa dalam memilih masalah penelitian dapat menggunakan Empat Relevansi (4R), yaitu relevansi akademik, relevansi insitusional, relevansi sosial, dan relevansi personal.
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar